Dilema Organisasi

Rabu, 13 Juli 2011 01.20 by SHINTA TRILUSIANI
Kalau kata anies baswedan.."IP yang tinggi (cuma bisa) mengantar ke job interview.Titik."
Seorang sahabat , adik tingkatku di SMA dulu pernah mengirimiku sepotong video mengenai hal ini ke halaman facebook ku.Aku mencoba mencermati video itu dan cukup terpaku dengan kata-kata ini.
Termenung beberapa saat.
Lalu menyadari dan bertanya pada hatiku sendiri.."Jadi , apa yang sebenarnya aku cari ?"

Dandelion..
Aku mencoba mencuri waktu untuk mampir ke duniamu sejenak di sela kesibukan menanti waktu ujian yang sudah semakin dekat.Menyisihkan sejenak diktat-diktat yang seberat dosa dan berusaha menyelamatkan kedua lubang hidung dari himpitan sobotta yang meraung-raung minta dibaca.
Ah , mereka tak pernah tahu betapa aku merindukan tiap detik untuk 'menyampah ria' di duniamu ini.

Beberapa hari ini , hidupku cukup ramai dengan kata 'organisasi'.
Sebuah keputusan yang sebenarnya tidak mudah bagiku yang dari sejak di sekolah menengah atas dulu sudah memutuskan untuk tidak mengikuti organisasi apa-apa lagi , setelah jabatanku di kelompok ilmiah remaja tutup buku.Alasannya sih klise binti basi "Pengen serius dan fokus belajar.."


jeng jeeeeenggg...
Aku rasa itu sudah jadi pembelaan seribu juta umat mungkin --__--"
Padahal sebenarnya itu tidak lebih hanyalah pelarian dari kemalasan kita yang tidak terkontrol.






Tidak ada yang salah dengan keinginan yang kuat untuk belajar akademik,tapi juga tidak ada yang salah dengan kemampuan atau pun keinginan untuk belajar berorganisasi.
Terkadang yang membuat belajar atau berorganisasi menjadi sebuah kerugian adalah ketika kadar terhadap salah 1 nya dalam tingkat yang BERLEBIHAN.

Sekali lagi , tidak ada yang salah dengan nilai akademik yang tinggi.
Bahkan itu merupakan salah satu kelebihan yang luar biasa , menurutku.
Tapi hidup terlalu sempit jika kita hanya belajar sebatas dan seluas buku bacaan yang berhari-hari kita jamahi.
Banyak hal yang tidak bisa kita jumpai atau kita pelajari secara teoritis melalui buku bacaan , karena pengalaman tidak mampu diuraikan oleh tiap lembar buku bacaan kecuali dengan kita merasakannya sendiri.Hidup berorganisasi mengajarkan kita bahwa kita tidak hidup sendiri di dunia yang luas ini.
Belajar berorganisasi mengajarkan kita bagaimana mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan sejumlah kepala yang berbeda mau nya.Belajar untuk saling menghargai satu sama lain , menomerduakan perbedaan diatas kepentingan bersama dan yah belajar menjadi pribadi yang lebih 'mengerti'.
Beberapa nada sumbang pasti sedang bergumam bahkan mendengus kesal.."tapi orang tua akan lebih bangga kalau ipk anaknya 4,00.."


Siapa yang bilang tidak ?
Sekali lagi tidak ada yang salah dengan akademik yang tinggi.Tapi sudah saatnya kita mengubah mindset yang tergelincir dari kebenarannya ini.Sampai kapan kita harus mempertahankan kebanggan terhadap seseorang hanya dari prestasi akademiknya saja.Ingat kata anis baswedan , "IP yang tinggi (cuma bisa) mengantar ke job interview.Titik."
Setelah itu apa ?
Di dunia masa depan , dunia kerja tidak ada lagi penilaian akademik berdasarkan IP , lalu apakah dengan demikian selesai sudah kebanggaan orang tua ?
Iya semua nya akan selesai , jika kita hanya mampu membanggakan mereka berdasarkan indeks prestasi yang sangat sementara.

Lalu , aku berfikir lagi , apakah baik jika aku menghabiskan hidupku di kampus dengan berorganisasi saja ?
Hatiku langsung menggeleng.
Tentu saja tidak.
Orang tuaku mencari uang bersusah payah tentu saja tidak untuk melihatku bekerja keras untuk sebuah organisasi.Pendidikanlah yang dibayar oleh keringat orang tuaku.Bukan kerja pontang pantingku di sebuah organisasi.
Kesadaran seperti ini yang sepertinya harus dikaji lebih oleh mereka yang terlanjur hanyut dalam pusaran organisasi yang terkadang memabukkan.Ingat tanggung jawab kita pada mereka yang bekerja keras demi pendidikan yang kita kecap.Kecuali jika kita sudah mampu membiayai semua itu sendiri dan pendidikan akademik tidak menjadi salah satu tujuan kita berada disana.Yah , terkadang aku bingung dengan mereka yang ber-mind-set seperti ini.."untuk apa ya mereka ada di kampus dan mendaftarkan diri menjadi mahasiswa..kuliah aja nggak pernah..hadeeeehh.."

Aku menonton kembali rekaman pembicaraan anies baswedan di salah satu program televisi yang cukup bernama itu.Sambil sesekali bertanya dalam hati , apa yang penting dibanding dengan IP yang tinggi yang katanya hanya bisa mengantarkan kita ke job interview ?
Ia menjawab lantang.."Leadership.."
Sejenak aku tertegun.
Dibuku apa , halaman berapa , dan teori dari siapa yang akan menempa hidupku mengenai 'leadership' itu ? Sekali lagi MENEMPA bukan hanya MENGETAHUI.
Aku ingin menjadi pribadi yang baik di akademik tapi aku tidak ingin menjadi pecundang masa depan yang hanya menang di job interview saja..(yah..memang pada dasarnya nilai ku pun standar-standari saja --")

Aku butuh ilmu itu,dan aku rasa organisasi akan mendidik kita banyak hal mengenai kekuatan 'leadership'.
Lalu kenapa tidak kita coba saja keduanya ?
Aku yakin , kita mampu mengadaptasi asalkan di hati sudah kita patri tujuan apa yang kita cari.

Karena tidak selamanya , hidup itu adalah teori..
Aplikasi yang nyata jauh lebih dinanti..

(Bandar Lampung,13 Juli 2011)

0 Response to "Dilema Organisasi"

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !