Memantaskan Diri

Kamis, 20 Oktober 2011 20.41 by SHINTA TRILUSIANI
Setiap jiwa-jiwa yang lahir membawa keberkahan tersendiri.
Tidak perlu segudang, hanya butuh segenggam.
Taburkan ia dalam relung hati terdalam, bahwa kita adalah SPESIAL..
dan biarkan bumi bersemburat merah ronanya, begitu mendesah saking irinya, melihat bagaimana benih-benih  yang lalu menjadi tunas menjulang lalu memuncak hingga surga sana..
perlahan, terkadang sedikit perlu ketergesaan..buktikan pada bumi dan segenap jagat raya bahwa kita PANTAS, sungguh PANTAS untuk menjadi bagian dari KELUARBIASAAN.

Terkadang, kita merasa betapa rendahnya diri di atas bumi yang berlapis. Tak ada gaungnya. Hanya lepas landas di antara gulungan-gulungan ombak kehidupan yang semakin mengganas. Kita terkadang buta. Terkadang banyak tanya. Apakah kita tetap pantas untuk impian-impian luar biasa itu?

Rasanya terkadang malu untuk berkaca di depan guratan-guratan luar biasa yang telah terpatri mati di dinding kamar. Malu karena diri yang tak juga kian melangit, tak semampai dengan impian yang kian menjulang. Rasanya terlalu jauh. Sungguh jangankan merengkuh, menengok dan menyadari bahwa kita masih punya mimpi pun rasanya cukup tak tahu diri.

Apakah impian-impian besar hanyalah milik orang-orang besar?
Lalu apakah kita tidak cukup besar untuk impian-impian itu?

Mimpi adalah janji surga pagi para pemberani.
Kerak-keraknya pun adalah remahan masa depan.
Kita yang hidup masa kini adalah abdi bagi kehidupan selanjutnya. Titisan dari buah-buah harap yang ranum baunya. Namun terkadang, pucuk kita layu lalu mati sebelum ia berubah menjadi kembang-kembang zaman yang menggelora. Kita hanya kalah pada satu ideologi yang paling fundamental.

"PANTAS, dan MEMANTASKAN."

Sering kali, kita yang rapuh ini sudah sadar bahwa kita tidak sepadan dengan impian-impian yang gemuruhnya merobek tenangnya sungai nil. Diri kita terlalu kecil untuk gemerlapnya sebuah masa depan yang penuh harap. Lalu, apakah cukup untuk kita sebatas tahu saja? Ketahuan terhadap sesuatu yang salah tanpa diiringi dengan pembelajaran lagi perubahan yang berarti, sama saja dengan bodoh. Pun tidak berbeda dengan SIA-SIA.
Kita tahu kita tidak pantas. Kita tahu kita terlampau kerdil.
Lalu apakah itu adalah titik penyerahan diri dalam garis merah kepasrahan?

Cerdaslah untuk menanggapi hidup.
Likunya terkadang memabukkan. Kerikilnya terlalu tajam untuk berbagi gores yang tak jarang memilukan.
Namun percayalah, kita terlalu tangguh untuk menyerah.
Tapi disana..
Di depan sana, masih ada matahari yang kilaunya terlalu indah untuk dilewatkan sekejap mata.
Butir-butir intan menggemerlap di balik terik sinarnya.

Ketidakpantasan kita bukanlah tembok yang menghentikan langkah. Bukanlah pagar yang memasung lalu membuat kita terpaku kelu.
KITA HARUS MEMBELI KEPANTASAN ITU !!!
Benar.
Kita harus membelinya !!

Mungkin saat ini kita tidak pantas, namun kepantasan itu tetap saja ada harganya. Tak akan surut langkah selama usaha masih bisa membayar lunas. Tak akan surut langkah selama do'a masih bisa membayar bunganya. Tak akan surut langkah selama amal masih sanggup tunaikan harganya.

Impian yang besar hanyalah milik MEREKA YANG BESAR.
Sekarang kita memang masih 'KECIL'. Terlalu kerdil untuk sebuah impian yang meluap-luap dahsyat saking besarnya. Tapi kita telah bertemu dengan moment dimana, inilah saatnya kita MEMANTASKAN DIRI untuk sesuatu yang mungkin sebelumnya tak pantas untuk kita dapatkan. Inilah saatnya kita memperjuangkan untuk sebuah kepantasan. Karena harap tetaplah menjadi harap, ketika tak ada kuasa untuk mewujudkannya.
Kalau impian yang besar itu menuntut seseorang yang besar untuk memilikinya, lalu mengapa kita tidak perjuangkan saja diri kita untuk menjadi seseorang yang BESAR itu?


Perjuangan ini tak akan henti.
Saat rapuh, saat kelu, saat nyaris menyerah, saat tubuh sudah memberi sinyal tak akan mampu..
Selalu ada Allah SWT..tempat terbaik lagi terindah, untuk PASRAH dan BERSERAH.

(Bandar Lampung, 21 Oktober 2011)

0 Response to "Memantaskan Diri"

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !