Sebut Saja Dokter Muda

Minggu, 05 Mei 2013 00.03 by SHINTA TRILUSIANI
Setelah sekian bulan menjadi butiran debu di bawah keset, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk menyentuh kembali keyboard bukan untuk mengerjakan sebuah tugas suci seorang dokter muda, tetapi untuk kembali menumpahkan jerit-jerit batin yang selama ini terpasung keadaan (?)
#halah apa ini #abaikan #silahkan lambaikan tangan ke kamera!

Ah kangen menumpahkan ketidakjelasan.
Ya walau sekarang sudah tidak lagi tergolong mahasiswa, herannya saya masih saja aneh seperti biasanya. Sebenarnya saya tidak pernah merasa aneh (cenderung merasa selalu keren), tapi kelakuan dari orang-orang sekitar cukup membuat saya tersadar akan satu hal. Bahwa mereka lebih aneh, lebih tidak normal (?)

Setelah menjalani masa pra koass beberapa minggu, akhirnya saya resmi menjadi bagian dalam dunia kepaniteraan, sebut saja "dokter muda". Beuh, dari namanya mungkin yang terbayang adalah sesosok mahluk rapi jali, selalu membawa buku-buku tebal, tas kecil yang berisi senjata perang, stetoskop yang terkalung rapi, dan semua yang serba cepat. Minggu-minggu pertama jadi koass, kebayakan bahkan nyaris hampir semua dokter muda menghabiskan dengan foto-foto menggunakan snelli (itu tuuh baju putihnya dokter) kemudian mengganti dp bbm, twitter dan segenap social media lainnya. Terus di bawahnya hampir dapat dipastikan ada teman yang komen "wah udah jadi dokter ya, nanti gw berobat gratis ya.." | si dokter muda menjawab "hehe boleh-boleh..do'ain ya.." (padahal yang dihapal baru dosis paracetamol doang) #yang penting gayak bray!

Kehidupan kepaniteraan klinik saya dimulai di stase penyakit dalam. Kata orang sih, mayor yang paling dewa abis! Paling enak! Yang paling dikit nguras berat badan deh pokoknya!
Penyakit dalam adalah kumpulan dari segala macam jenis penyakit. Semuanya ada. Bahkan saya berani jamin, kekomplitan penyakit di ilmu penyakit dalam jauh lebih komplit dari saladnya orang indonesia (read : gado-gado).

Satu hal yang saya senangi di rumah sakit ini adalah pasien lelaki dan perempuan dipisah, menular dan tidak menular juga dipisah. Dulunya saya fikir, apa komunikasi antara perawatnya juga dibatasi hijab dan pas mau ngomong harus ketok-ketok dinding pembatas "assalamu'alaikum..ukhti afwan di ruang X dopaminnya sedang habis, boleh pinjam dari ruangan sebelah dulu ndak?"
Hehe #shinta ngaco

Disini, guru para dokter muda adalah pasien-pasien kelas 2 dan kelas 3. Entah apa jadinya kami tanpa mereka :') dan karena itu, saya sangat-sangat menghargai mereka dan memperlakukan mereka sebagaimana kami ingin diperlakukan.

Dan mereka pun akan menghargai kita dengan hal yang sama.
Contoh kecil ketika salah seorang pasien yang mau pulang, dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Sederhana? Tapi lebih dari cukup. Ketika bisa merasakan apa yang pasien rasakan, yakinlah mereka juga pasti bisa merasakan kepedulian yang ingin kita sampaikan.

Seorang konsulen mengajari bahwa "Anggaplah pasien itu adalah keluarga kalian, maka kalian akan berusaha sekuat mungkin untuk melakukan yang terbaik demi mereka.."

Entah kenapa saya selalu terngiang-ngiang nasehat itu. Setiap saya memegang pasien, saya selalu membayangkan kalau dia adalah keluarga saya. Saya mencoba untuk dekat dengan mereka, mengerti apa yang mereka rasakan, mempelajari apa yang mereka keluhkan bahkan sesekali mencoba menghibur mereka. Saya memang senang membuat orang lain tertawa. Senang berinteraksi dengan orang lain, bahkan pernah berfikir..suatu hari nanti saya bertemu dengan pasien-pasien yang mungkin tidak saya kenali, namun mengenal saya, bisa bertegur sapa dan akrab layaknya teman lama. Yah, saya selalu memikirkan.."Akan seperti apa saya dikenang nanti?"

Maka tidak jarang, saya bisa kenal satu per satu pasien yang saya pegang bahkan termasuk keluarga pasien juga. Pernah saya mencoba ngelawak di depan seorang pasien yang PPOK dengan CHD. Si bapak ketawa-ketawa puas, namun nafasnya terlihat megap-megap yang membuat saya merasa berdosa dan mencoba untuk menahan gejolak jiwa pelawak yang ada di diri saya.

Hal yang paling menyedihkan selalu hadir di setiap akhir minggu, dimana setiap akhir minggu selalu terjadi rotasi ruangan. Hal ini membuat saya harus berpisah dengan pasien-pasien yang saya tangani sebelumnya. Saya selalu ingat pesan mereka yang senada saat saya pamit karena besok tidak di ruangan itu lagi. Yang paling saya ingat adalah ucapan dari pak R yang waktu itu mengidap abses paru.. "Dokter shinta ini paling ramah orangnya..lucu suka ngelawak. Dokter mau ketawa-ketawa bareng kami. Tetap ramah ya dok, pasti dicari orang. Saya mendo'akan supaya dokter cepat sukses." dan serentak 1 ruangan tanpa dikomando langsung sahut menyahut aamiin. Mereka saling timpal menimpali do'a untuk saya yang tidak seberapa ini :')
*huks huks TISUUU MANAAA TISUUUU

Saya benar-benar tidak menyangka akan ada di titik ini. Berjibaku setiap harinya dengan airmata, kotoran manusia, darah atau pun nanah yang senantiasa. Bertatapan langsung dengan ajal seorang manusia. Bertatapan langsung dengan binar harapan yang berpendar dan keyakinan untuk menyerahkan sepenuhnya di tangan seorang dokter.

Rasanya pecah ketika kita tidak bisa melakukan apa-apa untuk keselamatan mereka. Lega ketika tubuh yang sudah dingin tak bersuara kembali membuka mata :)

Teruntuk mereka yang percaya :

Saya tahu saya masih jauh dari sosok seorang dokter yang kalian harapkan.
Saya masih bodoh, saya masih egois, bahkan terkadang masih sombong.
Saya bukanlah sosok yang sempurna.
Mungkin hingga kapan pun tidak akan ada di kesempurnaan itu..
Namun 1 hal yang harus kalian tahu bahwa saya tidak ingin mengecewakan kalian.
Saya akan terus belajar,belajar, belajar dan terus berbenah.

Karena saya tidak ingin kalian salah memberikan kepercayaan kepada seseorang yang tidak bisa menghargai "arti sebuah nyawa.."

Terima kasih untuk untaian do'a. Pun do'a yang sama untuk kesembuhan kalian.
Semoga menjadi jalan untuk sebuah pertemuan indah dengan- Nya, di surga :)



Bandar Lampung, 5 Mei 2013

3 Response to "Sebut Saja Dokter Muda"

  1. socialfreakgeek Says:

    jika segala yg ikhlas itu kamu sandarkan kepada Allah Yang Satu, nescaya apa yang kamu mahu dikabulkan-Nya.

    saua doakan kamu berjaya... kelak nanti berkhidmat utk negara menabur bakti kepada rakyat lainnya. yang utama... ikhlaskan hati kepada-Nya.

    ~ salam dari saudara Islam di Malaysia ~

  2. Ciime Antikha Faniyar Says:

    wooow subhannallah o:)

  3. SHINTA TRILUSIANI Says:

    terima kasih teman :)

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !