antara BANDAR LAMPUNG dan BENGKULU

Jumat, 03 Juni 2011 19.38 by SHINTA TRILUSIANI
Perjalanan yang cukup panjang.
Berjuta-juta hektar tanah Allah terbentang panjang.
Menghijau,menghempas dan berliku.
Diantara liku , tersimpan banyak cerita berisiko yang menuntut ketelitian dan ketepatan dari naluri sang pengendali stir.Terkadang mencekam.Diantara rimba , kami melesat dan terkadang nyaris tergelincir.
Bercampur emosi yang sesekali terpercik oleh keangkuhan yang lain.
Tapi tetap saja..Ini perjalanan yang luar biasaaaaa!!! :D


Setelah semalaman galau karena kecoa yang tidak sekolah dan nyaris gagal pulang karena tutorial sore,akhirnya secercah kebahagiaan datang juga padaku.Semalaman kepala ku sakit karena memikirkan 2 perkara sepele itu.Telpon dari Pak Edi si tukang travel menyelamatkan perasaanku dari jurang kegalauan #halah haha..Setelah mengajak temanku sesama anak bengkulu yakni nola , akhirnya kami memutuskan untuk pulang sore itu juga mengingat libur yang hanya 3 hari.Pulang kuliah udah sangat sore yakni jam 4.Aku terburu-buru pulang ke kosan untuk sholat dan membawa sepasang baju.Sepasang ? yah benar sekali saudara-saudara saya hanya membawa sepasang baju.*plokplokplok..*

Ternyata babang supir travel udah berkali-kali menelpon ke handphone ku.Aku terburu-buru turun dari kamar kosan.Sebelumnya aku menyempatkan diri untuk menitipkan nasiku di dalam magic com ke emak (kak dhini),sekalian nitip cucian sama kunci kamar dan tak lupa minta tolong kunciin jendela kamarku yang belum ku kunci.Sepertinya aku memang sering merepotkan si emak --__--"

Ternyata eh ternyata,di mobil sudah terisi beberapa penumpang.2 orang suami istri yang duduk di tengah dan seorang om-om atau abang-abang atau apalah sejenisnya yang pasti dia laki-laki yang merupakan anggota TNI.Setelah celingak-celinguk beberapa saat,aku diminta sang supir untuk langsung duduk di depan.Aku agak heran,karena aku memesan 2 bangku untuk di belakang supir,kok ada 2 bapak sama ibu-ibu itu? Yasudahlah yang penting pulang.

Lalu,si ibu-ibu langsung bertanya dengan nada yang sinis.
"Kok lama amat mba ?"


Aku melihat sebentar dan berusaha tetap menjaga tatakrama.
"Iya bu.Soalnya baru pulang kuliah."

Si ibu nyolot lagi.Tapi sebodoh amatlah , aku berpura-pura untuk tidak mendengar khotbah panjang dari ibu itu.Setelah itu,mobil travel menjemput nola.Tapi aku kaget waktu suami istri itu tidak mau pindah dan nola harus duduk di belakang bersama babang tentara (sebut saja demikian).

Emosi ku mulai agak terpancing.Leher ku seperti karet yang otomatis membelit ke belakang.
"Eh maksud nya apa ya kok temen saya di belakang om ?" tanyaku pada supir.Supir yang terlihat sudah pasrah kembali melihat kertas di tangannya.Terlihat peluh di keningnya menandakan betapa seringnya ia dimarahi oleh penumpang.
"Mbak hubungin pak edi aja ya mbak..saya nggak ngerti.." ujarnya memberi solusi.

Aku langsung mengambil hp dan menghubungi pak edi sang juragan travel.
"Pak edi kok temen shinta duduk di belakang.Kan awalnya shin pesen di tengah semua kok jadi di belakang.Nggak mau lah..Apalah kayak gitu.."


Pak edi juga terlihat agak bingung."Yaudah duduk aja dulu di belakang ya.Karena Ibu bapak yang ditengah itu nggak mau pindah.."


Sembari aku sedang menelpon,terdengar grasak grusuk dari belakang.Sepertinya babang tentara itu mau pindah ke depan dan suami istri yang dari tadi mendengus itu memutuskan untuk pindah ke belakang.
Mereka tak mau duduk bertiga di tengah.
Takut nggak romantis mungkin.
--krik--kriik--

Lalu,aku dan nola duduk di tengah.Berharap perjalanan ini berjalan nyaman.Lalu si ibu yang duduk di belakang bertanya.."Tinggal dimana dek ?"
Aku pikir mungkin ibu ini ramah cuma dia agak kesal tadi,mungkin.Aku menjawab dengan ramah.
Ku bumbui sedikit senyum di ujung singgung nya agar terlihat jauh lebih baik.

Lalu tanpa di duga si ibu nyolot lagi.
"Kalian ini mahasiswa.Katanya orang terpelajar.Harusnya kalian disiplin dong.Kita kan sama-sama penumpang bayar sama tujuannya sama.Bayangin aja nungguin kalian kita udah rugi berapa lama eh sekarang tempat duduknya malah pindah ke belakang lagi.Mahasiswa jaman sekarang itu kayak gitu sih.Kalian itu harusnya nurut dong sama dosen.Nah sekarang harusnya kalian yang ngikut jadwal travelnya.Jangan kayak gitu.Katanya orang berpendidikan.Jaga komitmen dong."


Aku masih berusaha menjaga tatakrama dengan sangaaaatt sopan.
"Maaf bu , pak kalau masalah komitmen kami udah buat janji sama Pak edi yang punya travel dan dia yang mengiyakan untuk berangkat jam segini.Kami benar-benar baru pulang kuliah bu."


Si ibu malah masih ngomel-ngomel panjang.
Dalam hatiku,untung ibuku bukanlah tukang ngomel seperti ibu ini.
Belum tertutup mulut si ibu , nah bapaknya juga malah ikut menceramahi kami berdua.
Suasana di mobil sungguh sangat tidak nyaman.

Si ibu cerewet kembali melanjutkan dongengnya.."Saya dulu juga pernah jadi mahasiswa.Saya komitmen dengan jadwal.Kalian ini katanya berpendidikan."


Si bapak yang ternyata tak kalah cerewet juga ikut marah-marah.
"Jadi mahasiswa itu harus bisa ngatur waktu.Kalian seenaknya saja.Jaga komitmen dong."


Aku sangat berharap suami ku nanti bukanlah orang yang cerewet seperti si bapak cerewet.
Entah keajaiban dari mana aku masih mampu menahan amarah dan menjawab santai.."Bapak kami itu udah bikin janji dan janji nya itu sama pak edinya pak."


Si ibu cerewet masih saja memuntahkan kata-kata pedas yang kasar.
Inilah yang aku tidak suka dari orang-orang yang pikirannya masih saja kolot.
Kenapa kolot ? Mereka merasa karena mereka tua mereka pasti benar dan kami salah.
Kami harus mendengarkan omelan mereka.Aku berharap ada sebuah peradaban yang menyadarkan mereka bahwa mereka hidup di abad yang berbeda.
Abad dimana yang lebih tua tidaklah selalu benar.Belajarlah untuk tidak saja dipahami tapi juga MEMAHAMI.


Nola yang dari tadi terlihat diam ternyata tidak lagi kuasa menahan amarahnya.
"Ibu kalau mau pindah duduk disini pindah aja bu.Kami pindah.Pak supir dimana mau berhenti biar saya pindah ke belakang.."teriak nola dengan nada tinggi.
Aku kaget.Aku kira nola anteng-anteng aja.
Sumpah aku jadi tidak enak.
Awalnya aku mau sebodo amatlah sama 2 orang di belakang ini.
Toh aku dan nola sudah pindah ke tengah.
Tapi melihat nola begitu marah aku pun bersiap-siap , kalau saja si ibu masih melanjutkan peran naga nya.

"Sudah-sudah..maksud kami buat kedepannya lagi.."Si bapak cerewet menenangkan si ibu cerewet yang masih ngedumel.Aku melihat ke samping dan melihat nola menangis.Benar-benar tambah tidak enak rasanya.Aku meminta maaf kepada nola tapi dia hanya mengangguk dan mengatakan "Nggak apa-apa.."

Perjalanan berlalu dengan sangat tidak nyaman.
Aku benar berharap saat pulang nanti aku tidak bersama dengan si sepasang suami istri yang sangat menguji iman ini.
Lalu terlihat ada sms dari pak edi.
"Iyakan aja dulu maunya ibu itu.Dia itu cerewet , aku udah dari tadi dimarahin sejak dari loket.Kalau dia masih ngomel kita turunin aja dia.Aku juga nggak betah sama penumpang cerewet.."
Aku lalu melipat lagi hp ku.Malas mempermasalahkan urusan di suami istri cerewet itu.

Waktu berlalu.Suasana mulai sepi.Hanya terdengar lagu-lagu tak jelas tape mobil dan mesin yang mendengus menggiling jalanan yang membentang.Entah kenapa perutku merasakan sesuatu yang abnormal.Kadar HCl terasa semakin membuncah,membuat seisi perutku bergairah.Rasa yang terefleksikan di mulut sudah sangat berbeda.Seperti sesuatu yang memualkan tapi menyakitkan tapi juga ah..memperparah kondisi perjalanan pulang.
Yayaya..aku akhirnya ingat.Bahwa dari pagi , kondisi perut memang sedang tidak bersahabat ditambah lagi aku hanya makan mie pada pagi hari dan tidak makan apa-apa lagi hingga sore itu.Rasanya aku ingin ikut menggelinding di jalan raya.Si bapak cerewet meminta makanan dan minumannya yang tertinggal di kursi depan.Aku memberikan semuanya tanpa mau melihat mukanya.
Olala..jangan kira dengan kondisi seperti ini aku berniat memakan makanannya.
Lebih baik aku tidak makan apa-apa sekali pun harus menahannya sampai di bengkulu nanti.

Perjalanan berlalu..waktu berganti dari sore meremang menjadi malam.
Hujan membumbui perjalanan panjang ini.
Di tengah aktifitas ngebut yang dilakoni oleh babang supir,tiba-tiba ia ngerem agak mendadak lalu memukul setirnya dengan nada kesal.Aku terbangun dari rasa sakit yang sedari tadi aku tahan.
"Arrgghh..pecah ban kayaknya.."
Babang tentara yang nangkring di sebelah babang supir terlihat agak kaget.Dia yang dari tadi aku dengar hanya menghabiskan waktunya dengan menelpon mulai dari bos hingga pacarnya (sepertinya) mulai memberi perhatian pada kondisi yang ehmm..lumayan mencekam ini.
Bagaimana tidak , ditengah hutan , malam , hujan dan pecah ban.
Okay..terima kasih..sudah kenyang..

Si babang supir terlihat bingung lagi bimbang.
Aku hanya menatap si babang nanar.
Lalu tiba-tiba saja pikiran ku nyungsep ke si bapak cerewet di belakang.
Nah kenapa dia nggak bantuin aja ngurusin ban pecah ini daripada sibuk ngomel tadi.

Si babang tentara bertanya ke babang supir.
"Ada ban serep nya kan ?"
Mukanya menyiratkan kondisi agak khawatir.
Yaiyalah orang dari tadi ada mobil lewat nggak ada yang mau berhenti buat ngebantuin.
Dia lalu melanjutkan."Oke,nggak ada cara lain ayo kita ganti berdua.."ajak si babang tentara yang memang terlihat masih cukup muda.
Si babang supir sepertinya sudah mengharapkan hal ini sedari tadi.Lalu kedua babang tadi membuka baju.

Babang tentara memperlihatkan badan yang sudah 'jadi'dan terbentuk oleh latihan fisik yang aku yakini sering dilakukannya dalam rangka menjalankan tugas.
Si babang supir pun tidak mau kalah.
Ia memamerkan badan gendut berototnya pada hutan yang terlihat makin sangar dengan petir sebagai backsoundnya.
Lalu mereka berdua turun dan mengganti ban dengan sigap di tengah hujan yang semakin deras.Setelah berhasil mengganti ban mobil,mereka tertawa-tawa dan masuk ke dalam mobil secepat mungkin.
Mungkin si babang supir merasa aksinya barusan sangat keren lengkap dengan adegan buka-buka baju di kala hujan ala-ala pemain india.
Lalu dia berkata kepada aku dan nola.."Dek maaf ya dek kami nggak pake baju.Kami nggak macam-macam.Cuma agak genit dikit..huahauhahahahahaha.."

--__--" kriiiikk....kriiik..kriiik..

Seketika aku memalingkan muka ke arah jendela dan menghamburkan pandangan,menembus jauh ke dalam hutan lalu kembali menikmati rasa sakit dari kadar asam lambung yang meningkat.
Akhirnya perjalanan menemukan kami dengan rumah makan di pinggir jalan.Tempat makan yang memang sering menjadi persinggahan kalau pulang.Aku tahu kamar mandi dan tempat shalat nya paling nyaman.Aku langsung menuju kesana.Selesai shalat dan bersantap malam , perjalanan panjang berlanjut kembali.

Rasanya begitu lama.
Kondisi jalan yang tidak mendukung pun menjadi salah satu penyebab ketidaknyamanan.
Kami berhenti lagi di sebuah masjid di kala subuh untuk menghadap Rabb kami.
Setelah itu,roda kembali menggelinding dijalanan dengan liarnya.Terasa sangat jauh.
Kami lagi-lagi terlelap.Mungkin lebih tepatnya memaksakan diri untuk terlelap.

"SELAMAT DATANG DI KOTA BENGKULU"

Akhirnya tulisan itu terlihat juga di depan mata.
Semakin nyata.
Semakin tegas garis-garis bahagia di wajah.
Perjalanan panjang.Sungguh panjang.
Letihnya masih terasa.Tibalah giliranku untuk diantar ke alamat rumah.
Setiba di gang depan rumah aku berjalan kaki.
Masih agak sempoyongan.Masih lemas.Pusiing sekali rasanya.
Rasa sakit itu benar-benar membuatku dan menjeratku dalam rasa lemah.



"Eh anak ayah akhirnya nyampe juga..alhamdulillah.."


"Capek nak?akhirnya nyampe juga anak ibu.."



Dan semua kelelahan, rasa sakit itu hilang dan menguap entah kemana.

Mereka..menghapus semuanya :)


(Bengkulu,4Juni 2011)

0 Response to "antara BANDAR LAMPUNG dan BENGKULU"

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !