Indah pada waktu-Nya

Sabtu, 21 Juni 2014 02.45 by SHINTA TRILUSIANI
Kalau saja blog ini adalah manusia, mungkin saya sudah dikutuk karena terlalu lama meninggalkannya. Ya, bukan berarti saya tidak pernah berkunjung disini. Ada beberapa tulisan yang ditulis lalu -karena dirasa hampa- maka saya putuskan untuk menyimpannya rapat-rapat dalam kotak draft. Berharap tidak ada bagian-bagian yang mencuat ke permukaan. Dan membiarkan mereka bercengkrama lebih lama di sebuah ruang bernama 'hati'. *Shintaaaa ngomong apasih shintaaaaaa* -__- 

Tenang, tulisan kali ini akan saya share.
Hmm, tentang apa ya? Rasanya ide-ide ini silih berganti saling sikut ingin keluar dari kepala saya. Ngomong-ngomong, postingan terakhir saya mengenai dunia per-koass-an itu sekitar bulan Mei tahun lalu, ketika saya berada di stase interna, stase pertama saya. Sekarang, saya sedang menjalani kehidupan bahagia di stase Radiologi. 3 Stase terakhir saya selama di dunia per-koass-an. Yes, antara sedih dan senang. Saya benar-benar merasa beruntung menjalani kehidupan sebagai dokter muda. Merasakan jatuh bangun dalam sebuah kebersamaan, persaingan, perjuangan dan benar-benar merasa belajar untuk melihat kehidupan dalam arti yang 'sebenarnya'. Hampir 5 tahun saya belajar di kota ini. Entah apa rasanya jika suatu hari harus berpisah dengan tempat ini. Benar kata pepatah jawa yang menyebutkan bahwa "Witting tresno jalaran soko kulino", bahwa cinta tumbuh karena terbiasa. Saya sudah benar-benar terbiasa dengan kota ini. Dengan semua hal di dalam nya. Udaranya, cuacanya, kulturnya, orang-orangnya aaaakkk rasanya saya tidak cukup kuat untuk perpisahan itu nanti :''
Saya mencintai Bandar Lampung. Seperti halnya saya mencintai FK-RSUAM-RSAY. Tempat saya menimba ilmu dan pengalaman selama bertahun-tahun. Tempat saya menghabiskan waktu berhari-hari, bahkan terkadang tidak peduli apakah itu hari raya, tanggal merah atau sekadar hari minggu biasa. Saya mencintai tiap sudutnya. Tidak terkecuali semua hal di dalamnya. Konsulen yang baik, kakak perawat, kakak bidan, petugas administrasi, sampai kakak-kakak ob/og. Mereka telah membantu menghadirkan dunia yang sebenarnya dalam ukuran 'mini' pada keseharian saya. 

Menghitung 3 stase akhir dalam karir saya sebagai dokter muda terkadang membuat saya cukup berfikir. Radiologi-kulit-ikakom dan yah, ujian kompetensi. Setelah itu? Tentu saja. Bagian yang paling saya tunggu-tunggu sekaligus bagian yang akan menjadi babak baru dalam kehidupan saya. 
-Sumpah Dokter-

Bukan masalah takut atau tidak percaya diri. Namun pada saat itu, saya adalah seorang dokter, yang mempertanggungjawabkan semua keputusan atas nama saya sendiri. Tanggung jawab sebagai seorang dewasa. Memang setelah sumpah dokter, kami masih akan menjalankan kehidupan sebagai dokter internship. Tidak masalah. Bagi saya, setelah disumpah maka kami sudah terikat dalam sebuah amanah. Sesuatu yang akan dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. 

Jantung saya selalu berdebar keras, setiap membayangkan amanah itu. Bukan karena saya merasa bahwa itu adalah beban. Bukan, bukan sama sekali. Melainkan menjadi cambuk yang menyadarkan saya untuk memikirkan semua keputusan yang saya ambil. Belajar untuk tidak asal berbicara, belajar untuk bertindak cepat dan tepat, belajar untuk menanamkan empati yang lebih, belajar untuk mengambil keputusan terbaik dan belajar untuk menjadi dokter yang baik yang dibutuhkan, yang diandalkan dan yang dipercaya oleh pasiennya. Dan pada saat itu juga, panggilan kami akan berubah. Tidak lagi "dek koass" atau "mbak koass" melainkan "Dok..Dokter.."


Entahlah. Mungkin terlalu dini memikirkannya. Tapi bagi saya perjuangan yang baik selalu dimulai dari sebuah persiapan yang matang. Semoga ini akan berjalan indah, seperti sebagaimana mestinya :)



Bandar Lampung, 21 Juni 2014

0 Response to "Indah pada waktu-Nya"

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !