Aku dan sejumlah angka itu mungkin tidak ada hubungan persaudaraan.
Tidak pula ada kaitan batin di dalamnya.
Apalagi hubungan cinta dengan mereka. Tapi tidak juga hubungan benci.
Hmm, mungkin tidak juga persis begitu.
Sejumlah orang luar biasa yang hadir dengan gaya mereka masing-masing, memperkenalkan aku dengan setumpuk angka-angka yang seolah selalu ngiler minta diolah. Seolah memanggil tragis lagi mistis.." ayooo..hitung akuuu..jumlahkan akuuuu..kalikan akuuuu.."
Sungguh aku tidak pernah membenci pelajaran yang satu ini. Tapi aku tidak pula benar-benar menyukainya, terutama dalam beberapa tahun terakhir di sekolah. Tapi jika kau tanya pelajaran apa yang paling aku sukai, maka aku akan menjawab.."matematika." Bingung kan? Ah sudahlah..
Terlepas dari kemahiranku yang biasa-biasa saja dan tidak begitu menonjol di bidang ini. Bagiku matematika itu seni. Ya..seni berfikir. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ada salah satu kekecewaan dan penyesalan terberat yang pernah kulakukan dan berusaha kutebus dimasa kini. Sudahlah..aku tidak akan memberi tahu dan tentu saja kalian tidaklah perlu tahu :)
Ada beberapa orang luar biasa yang mengenalkan aku dengan kawanan angka-angka yang sering menjadi sumpah serapah pelajar-pelajar yang kesal karena kebingungan dibuatnya. Tapi bukanlah matematika namanya jika tidak ada kebingungan yang ikut tampil. Uniknya matematika bukan hanya dari segudang rumus-rumus 'nakal' yang suka bikin pusing, tapi juga guru-gurunya yang punya karakter 'khas', yang terkadang tidak bisa dijumpai pada guru-guru pelajaran lainnya.
Aku akan mengenalkan kalian pada orang-orang hebat dan beberapa karakter unik mereka yang kutemui saat perjalanan takdir mempertemukan kami di sebuah ruangan kelas dengan angka-angka sebagai teman setia. Aku akan menceritakan guru-guru matematikaku yang pernah aku temui dari kelas 7-12.
Let's check this out! :)
Guru matematika pertamaku waktu di SMP adalah pak Sayuti. Beliau bukan pengetik naskah proklamasi saudara-saudara. Beliau adalah guru matematika yang membawakan matematika dengan sangat santai. Aku memang terkadang agak kurang paham apa yang beliau ajarkan -__-" mungkin karena keterbatasanku yang memang pada aslinya sudah santai jadi butuh sesuatu yang menuntut untuk cepat *mungkin*
Beliau pernah marah sekali hahaha.. Kejadian yang cukup lucu, sewaktu beberapa orang siswa maju ke depan kelas untuk protes karena beliau salah koreksi. Karena begitu banyak yang maju ke kursinya, beliau menjadi kesal dan mengucapkan "sesuatu" yang pada waktu itu membuat pucat warna muka arief kur dan arief m temanku. HAHA.
Tapi beliau selalu baik denganku dan cukup dekat. Bahkan dulu tak jarang sering 'tooss' kepada beliau. Sampai sekarang pun kalau ketemu beliau rasanya lucu saja. Yang aku ingat, beliau meletakkan nilai 90 pada pelajaran ini di semester 2. Makasih pak :)
Dengar-dengar dari kakak kelas, beliau terkenal cukup killer. Wajah beliau memang dingin, dengan bibir yang sesekali tersungging dan suara yang cukup pelan. Sehingga orang-orang yang biasa duduk di kursi belakang seperti aku hanya bisa banyak berdo'a dan ngobrol saja. Aku lupa bilang bahwa beliau pernah mengajar ibuku saat di sekolah dulu. Ya benar, ibuku. Bisa dibayangkan saja, betapa agak perihnya tiap dibandingkan "ibumu dulu pendiam,shinta.." dalam hati aku selalu ingin menjawab.."aku keturunan bapakku mungkin bu.."
Tapi mengingat nama bapakku yang juga harus aku jaga dan keyakinan yang sangat kuat bahwa saat sekolah dulu tidak satu pun diantara mereka yang agak 'berisik' sepertiku, aku diam saja. Aku bingung harus menyalahkan siapa jika tanganku teracung tinggi saat tidak mengerti atau lagi rajin menjawab. Aku memang tukang berisik dan nakal tapi bukan berarti aku tidak suka belajar. Dari awal aku berprinsip.."nakal boleh..bodoh yang JANGAN."
Sejauh yang aku ingat, aku tidak pernah membuat masalah besar dengan beliau. Masalah-masalah kecil? Yah tidak usah dibesar-besarkanlah hehe..
Aku ingat waktu itu, temanku eko berteriak dengan suara lantang..."berubah..NINJAAAAAAA.." dan 3 detik dari teriakannya, ia sudah terperangkap dalam lirikan maut dari bu Neng. Seolah bu Neng menguncinya dengan mantra "Petrificus totalus". Tak perlu diragukan, saking gemasnya beliau mencubit entah belakang kepala eko entah rambutnya yang pasti itu membuat telinga eko seolah memanggil pemadam kebakaran karena terbakar oleh warna merah di kulitnya. Aku menahan tawa dalam takut karena aku juga ikut bercanda waktu itu. Namun itulah ibu Neng, setelah geregetan mungkin dengan sikap muridnya, beliau tidak segan memeluk eko dan meminta maaf :')
Lalu kami sekelas menyambut sembari berteriak.."huaaaaahh so sweeeeeeettttttt.."
Di kelas ini kami diajar oleh ibu rosidah yang mahadaya kelembutannya. Kalo putri salju itu beneran ada, yah kira-kira lembut kayak beliau lah. Aku, mae, arif kur dan indah duduk di 2 barisan terakhir. Tiap kali ujian, jawaban kami selalu kembar identik, hahaha. Sepertinya suatu hari bu rosid menyadari kelicikan 4 manusia yang selalu berbagi tugas untuk belajar itu -__-"
Sampai suatu hari keramat, ibu rosid memindahkan indah untuk duduk 1 bangku di depan kami bertiga. Antara mau mati pasrah antara mau guling-guling di lantai (mendingan yg ini deh!), kita bertiga menatap nasib dengan pasrah. Yah..soalnya, kami memang nggak belajar hari itu, biasanya kan minimal otak 4 orang sekarang cuma 3 orang hahaha. Sampai pertengahan ujian pun kami melirik ke arah indah yang memperlihatkan kertasnya yang masih perawan alias putih awan alias kosong.
Ternyata hati dan otak kami berempat telah bertaut. Di dalam kondisi terdesak alias kepepet ini, aku dan arif kur mengeluarkan kemampuan supranatural kami untuk berusaha mengorek sisa-sisa pendengaran selama pelajaran yang mungkin sempat singgah.
Sampe akhirnya kami mentok di nomer terakhir. Mae yang dari tadi menjadi penonton setia terlihat masih berusaha melirik kanan kiri, namun tiada harapan. Akhirnya, dia merasa kesal sendiri lalu aku dan arif kur melihat dia mencoret-coret mencari jawaban dan alhasil bocah gaib itu berhasil menemukan jawabannya. Gayung pun bersambut, aku dan arif kur tentu dengan sangat telaten menyalin secara berjamaah nomer terakhir itu hahaha..Lucu rasanya tiap aku ingat ekspresi bangga kami setelah menyelesaikan ujian itu, apalagi setelah mendapat hasil ujiannya yang tidak buruk..cukup baik bahkan. 1 lagi yang tidak bisa ku lupa..setiap kali ujian matematika kami dibagikan,dan bila hasil yang diterima oleh salah 1 dari kami lebih tinggi, kami akan protes bersama-sama. Jadi wajar saja bu rosid tau :p
(to be continued)
Tidak pula ada kaitan batin di dalamnya.
Apalagi hubungan cinta dengan mereka. Tapi tidak juga hubungan benci.
Hmm, mungkin tidak juga persis begitu.
Sejumlah orang luar biasa yang hadir dengan gaya mereka masing-masing, memperkenalkan aku dengan setumpuk angka-angka yang seolah selalu ngiler minta diolah. Seolah memanggil tragis lagi mistis.." ayooo..hitung akuuu..jumlahkan akuuuu..kalikan akuuuu.."
Sungguh aku tidak pernah membenci pelajaran yang satu ini. Tapi aku tidak pula benar-benar menyukainya, terutama dalam beberapa tahun terakhir di sekolah. Tapi jika kau tanya pelajaran apa yang paling aku sukai, maka aku akan menjawab.."matematika." Bingung kan? Ah sudahlah..
Terlepas dari kemahiranku yang biasa-biasa saja dan tidak begitu menonjol di bidang ini. Bagiku matematika itu seni. Ya..seni berfikir. Hanya saja, dalam beberapa tahun terakhir ada salah satu kekecewaan dan penyesalan terberat yang pernah kulakukan dan berusaha kutebus dimasa kini. Sudahlah..aku tidak akan memberi tahu dan tentu saja kalian tidaklah perlu tahu :)
Ada beberapa orang luar biasa yang mengenalkan aku dengan kawanan angka-angka yang sering menjadi sumpah serapah pelajar-pelajar yang kesal karena kebingungan dibuatnya. Tapi bukanlah matematika namanya jika tidak ada kebingungan yang ikut tampil. Uniknya matematika bukan hanya dari segudang rumus-rumus 'nakal' yang suka bikin pusing, tapi juga guru-gurunya yang punya karakter 'khas', yang terkadang tidak bisa dijumpai pada guru-guru pelajaran lainnya.
Aku akan mengenalkan kalian pada orang-orang hebat dan beberapa karakter unik mereka yang kutemui saat perjalanan takdir mempertemukan kami di sebuah ruangan kelas dengan angka-angka sebagai teman setia. Aku akan menceritakan guru-guru matematikaku yang pernah aku temui dari kelas 7-12.
Let's check this out! :)
- Kelas 7.4 SMP Negeri 1 kota Bengkulu
Guru matematika pertamaku waktu di SMP adalah pak Sayuti. Beliau bukan pengetik naskah proklamasi saudara-saudara. Beliau adalah guru matematika yang membawakan matematika dengan sangat santai. Aku memang terkadang agak kurang paham apa yang beliau ajarkan -__-" mungkin karena keterbatasanku yang memang pada aslinya sudah santai jadi butuh sesuatu yang menuntut untuk cepat *mungkin*
Beliau pernah marah sekali hahaha.. Kejadian yang cukup lucu, sewaktu beberapa orang siswa maju ke depan kelas untuk protes karena beliau salah koreksi. Karena begitu banyak yang maju ke kursinya, beliau menjadi kesal dan mengucapkan "sesuatu" yang pada waktu itu membuat pucat warna muka arief kur dan arief m temanku. HAHA.
Tapi beliau selalu baik denganku dan cukup dekat. Bahkan dulu tak jarang sering 'tooss' kepada beliau. Sampai sekarang pun kalau ketemu beliau rasanya lucu saja. Yang aku ingat, beliau meletakkan nilai 90 pada pelajaran ini di semester 2. Makasih pak :)
- Kelas 8.2 SMP Negeri 1 kota Bengkulu
Dengar-dengar dari kakak kelas, beliau terkenal cukup killer. Wajah beliau memang dingin, dengan bibir yang sesekali tersungging dan suara yang cukup pelan. Sehingga orang-orang yang biasa duduk di kursi belakang seperti aku hanya bisa banyak berdo'a dan ngobrol saja. Aku lupa bilang bahwa beliau pernah mengajar ibuku saat di sekolah dulu. Ya benar, ibuku. Bisa dibayangkan saja, betapa agak perihnya tiap dibandingkan "ibumu dulu pendiam,shinta.." dalam hati aku selalu ingin menjawab.."aku keturunan bapakku mungkin bu.."
Tapi mengingat nama bapakku yang juga harus aku jaga dan keyakinan yang sangat kuat bahwa saat sekolah dulu tidak satu pun diantara mereka yang agak 'berisik' sepertiku, aku diam saja. Aku bingung harus menyalahkan siapa jika tanganku teracung tinggi saat tidak mengerti atau lagi rajin menjawab. Aku memang tukang berisik dan nakal tapi bukan berarti aku tidak suka belajar. Dari awal aku berprinsip.."nakal boleh..bodoh yang JANGAN."
Sejauh yang aku ingat, aku tidak pernah membuat masalah besar dengan beliau. Masalah-masalah kecil? Yah tidak usah dibesar-besarkanlah hehe..
Aku ingat waktu itu, temanku eko berteriak dengan suara lantang..."berubah..NINJAAAAAAA.." dan 3 detik dari teriakannya, ia sudah terperangkap dalam lirikan maut dari bu Neng. Seolah bu Neng menguncinya dengan mantra "Petrificus totalus". Tak perlu diragukan, saking gemasnya beliau mencubit entah belakang kepala eko entah rambutnya yang pasti itu membuat telinga eko seolah memanggil pemadam kebakaran karena terbakar oleh warna merah di kulitnya. Aku menahan tawa dalam takut karena aku juga ikut bercanda waktu itu. Namun itulah ibu Neng, setelah geregetan mungkin dengan sikap muridnya, beliau tidak segan memeluk eko dan meminta maaf :')
Lalu kami sekelas menyambut sembari berteriak.."huaaaaahh so sweeeeeeettttttt.."
- Kelas 9.1 SMP Negeri 1 kota Bengkulu
Di kelas ini kami diajar oleh ibu rosidah yang mahadaya kelembutannya. Kalo putri salju itu beneran ada, yah kira-kira lembut kayak beliau lah. Aku, mae, arif kur dan indah duduk di 2 barisan terakhir. Tiap kali ujian, jawaban kami selalu kembar identik, hahaha. Sepertinya suatu hari bu rosid menyadari kelicikan 4 manusia yang selalu berbagi tugas untuk belajar itu -__-"
Sampai suatu hari keramat, ibu rosid memindahkan indah untuk duduk 1 bangku di depan kami bertiga. Antara mau mati pasrah antara mau guling-guling di lantai (mendingan yg ini deh!), kita bertiga menatap nasib dengan pasrah. Yah..soalnya, kami memang nggak belajar hari itu, biasanya kan minimal otak 4 orang sekarang cuma 3 orang hahaha. Sampai pertengahan ujian pun kami melirik ke arah indah yang memperlihatkan kertasnya yang masih perawan alias putih awan alias kosong.
Ternyata hati dan otak kami berempat telah bertaut. Di dalam kondisi terdesak alias kepepet ini, aku dan arif kur mengeluarkan kemampuan supranatural kami untuk berusaha mengorek sisa-sisa pendengaran selama pelajaran yang mungkin sempat singgah.
Sampe akhirnya kami mentok di nomer terakhir. Mae yang dari tadi menjadi penonton setia terlihat masih berusaha melirik kanan kiri, namun tiada harapan. Akhirnya, dia merasa kesal sendiri lalu aku dan arif kur melihat dia mencoret-coret mencari jawaban dan alhasil bocah gaib itu berhasil menemukan jawabannya. Gayung pun bersambut, aku dan arif kur tentu dengan sangat telaten menyalin secara berjamaah nomer terakhir itu hahaha..Lucu rasanya tiap aku ingat ekspresi bangga kami setelah menyelesaikan ujian itu, apalagi setelah mendapat hasil ujiannya yang tidak buruk..cukup baik bahkan. 1 lagi yang tidak bisa ku lupa..setiap kali ujian matematika kami dibagikan,dan bila hasil yang diterima oleh salah 1 dari kami lebih tinggi, kami akan protes bersama-sama. Jadi wajar saja bu rosid tau :p
(to be continued)
Posting Komentar
gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !