dan ternyata,KKN itu... :)

Jumat, 17 Agustus 2012 06.49 by SHINTA TRILUSIANI
Hiyyyyyaaaaaayy, setelah sekian lama aku menunda (niat baik) insyaAllah, untuk memposting segala hal yang berkecamuk di dalam otak, akhirnya kesampean juga :)
sebenarnya terlalu banyak hal yang ingin ku ceritakan, terlalu banyak ide yang demonstrasi minta diluapkan tapi sepertinya hanya beberapa hal yang perlu dipublikasikan, sisanya hanya konsumsi penulis dan Tuhannya saja lah yaaa :p

Ada banyak hal hebat yang terjadi di kehidupanku akhir-akhir ini.
Petualangan, kisah, atau sebutlah apapun itu, bagiku adalah luar biasa ketika Dia mengizinkan kita untuk merasakannya.

Cerita ini dimulai ketika jenjang pendidikanku sudah menginjak semester 6 dan salah satu kewajiban di kampusku adalah pengabdian di daerah yang kebanyakan masih merupakan daerah terpencil. Sebuah pengabdian yang menguras keikhlasan. Sebuah universitas kehidupan yang menanti karya-karya sederhana nan istimewa dari kita untuk bumi beserta isinya.

Mau tak mau, suka tak suka, ingin atau pun tidak, program ini harus dijalankan karena ini adalah salah satu syarat wajib kelulusan. Ya, memang dari awal aku tidak pernah mengeluh tapi bukan pula terlalu menanti.
Jujur saja, begitu adanya.

Saat pengumuman pembagian daerah, cukup deg-degan juga kurasa. Mengingat ada beberapa daerah yang memang mendapat garis merah dalam fikiranku. Menegangkan rasanya. Aku yakin, dalam benak puluhan ribu mahasiswa yang menanti pengumuman itu adalah sama..KKN dimana nanti, bagaimana teman-teman KKN nya,bagaimana keamanan disana, angker atau tidak, disana ada listrik atau tidak, MCK nya bagaimana dan sekelumit hal manja namun lumrah-lumrah saja. Dalam hati, aku memang berdo'a untuk suatu daerah yang aku sendiri pun tidak tahu kenapa ingin berdoa biar dapat KKN disana. Agak aneh memang. Tidak perlu heran, kalau tidak aneh bukan shinta namanya -_-"

Dan setelah pengumuman ditempel, kaki ku bergerak liar kesana kemari mencari satu nama diantara puluhan ribu tumpukan nama lain dan puluhan ribu orang yang juga sama-sama mencari namanya masing-masing.
Setelah berpeluh-peluh , berlari kesana kemari dan rasa cemas kian menari, akhirnyaaaa..nama shinta trilusiani ditemukan juga :D
Awalnya aku kebagian di desa PAGAR DEWA, kecamatan PAGAR DEWA, kabupaten TULANG BAWANG BARAT *kok capslocknya rasanya berlebihan ya* *emm biar agak gahar dikit*

dan entah karena badai dari gurun sebelah mana, akhirnya namaku dipindahkan ke desa MARGAJAYA INDAH, kecamatan PAGAR DEWA, kabupaten TULANG BAWANG BARAT.
Aku sudah siap mau ditempatkan dimanapun,dalam kondisi apapun dan siapapun teman kerjanya. Namanya juga pengabdian, kalau tidak dinikmati dan disyukuri dari awal, bagaimana mau enak kebelakangnya, begitu batinku dulu. Di desa ini, aku ditemani teman seperjuangan : MARISA, EVA, TITAN, DESI,RINI,PERTI,MARES,ANDIKA,TORIK  :D
Entah apa artinya KKN ini kalau tidak bersama kalian :')


Sepanjang perjalanan menuju desa ini, mata kami tercengang. Menatap nanar daerah sekitar. Benar-benar seperti memasuki belahan lain di bumi. Seolah-olah pindah provinsi. Kiri kanan yang terlihat hanya kebun karet yang sesekali berganti dengan kebun singkong lalu hamparan padang kering yang luas, belum lagi jalanan tak rata lagi berbatu menghiasi romansa perjalanan panjang kami menuju medan perjuangan.
Sesekali kecupak bunyi tanah yang basah karena hujan yang baru mereda.
Jantung ini berpacu dengan gerakan bus yang kekanan kekiri, mencoba menyeimbangi medan yang berliku.

Tuhan..mungkin Engkau tak ingin aku mengambil izin libur selama KKN..bisikku dalam hati, mencoba menguatkan lagi semangat yang mulai kendur teratur. Sepanjang perjalanan kami senantiasa melihat masih ada atau tidak tiang listrik yang menandakan sudah masuk listrik atau belum desa yang akan kami tempati nanti. Betapa bersyukur rasanya ketika kami melihat bangunan-bangunan menjulang yang saling berpegangan diantaranya dengan tali-temali bertegangan. Huuuaaahh masih ada listrik ternyata :D

Sampai disana, kami disambut oleh pak kepala kampung, yang awalnya merasa kaget dan bingung dengan kedatangan kami. Semoga tidak kejadian lagi untuk ke depannya.

Setelah beristirahat sejenak, dan menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh ibu lurah. Awalnya kami malu-malu tapi apa daya perut berkata lain. Kehidupan dari pagi sampai penghujung ashar kami baru tiba di medan juang membuat kami tak lagi kuasa menahan rasa lapar yang begitu membara *halah.

 walau laper eksis teteepp

Malamnya, yang perempuan dipindahkan ke rumah saudaranya pak lurah, karena laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh satu rumah, begitu kata pak lurah. Yang perempuan tinggal di rumah mbah kenyo, seorang baik hati dan ahli pembuat gong. Di rumah itu, beliau tinggal bersama seorang anak putri nya yang seumuran dengan kami dan seorang istri yang terlihat sangat ramah menyambut kedatangan kami.

Dan petualangan itu pun dimulai.


Kami mulai membiasakan diri untuk melakukan aktifitas 'baru' yang mungkin selama ini tidak sering kami lakukan. Kalau membutuhkan air, kami harus menimba dari sumur mbah, kalau mau memasak kami pun harus memakai tungku perapian,pun begitu pula dengan mandi, harus belajar untuk bersabar karena memang prosesnya harus bergantian. Ternyata di desa ini untuk ke pasar, kami harus menggunakan kendaraan bermotor, melewati berkilo-kilo meter jalan, melewati hutan karet, singkong dan bersiap menahan getaran selama perjalanan dikarenakan jalannya yang cukup parah. Pilihan itu harus diambil, karena jika kami hanya ingin belanja di warung, bahan dijualkan pun cukup terbatas. Tempe, sayur kol, teri dan ikan asin. Itulah yang menghiasi perjalanan di traktus gastrointestinal kami selama menumpang hidup di desa ini.


Awalnya terasa aneh. Ya, bukan berat karena sepantasnya desa kami puluhan kali jauh lebih baik dibanding tempat lain. Hari-hari pertama, kami habiskan untuk bersilaturahim ke rumah-rumah warga. Mencoba menjalin hubungan baik dengan masyarakat disana. Dan inilah awal dari persaudaraan yang indah itu :)

 

Masyarakat desa ini sangatlah ramah. Mereka menyambut kami layaknya tamu dan saudara sendiri. Maka tak butuh hitungan waktu yang lama untuk berakrab diri dengan mereka.

Setiap kegiatan kami pun direspon dengan sangat baik. Awalnya memang cukup sulit, dikarenakan aktifitas pagi mereka yaitu menyadap karet (ngederes) yang sulit untuk ditinggalkan. Kesulitan utama memang terletak dari penyamaan waktu kosong warga dengan aktfitas kami, namun kami tidak menyerah. Kami mencoba mendekati semua elemen masyarakat, dari tokoh masyarakat, tokoh agama, remaja masjid, karang taruna, ibu-ibu, mbah-mbah, bapak-bapak pokoknya semua coba dirangkul.
Alhasil,jadilah seperti ini.
Berat rasanya untuk tidak kehilangan. Jalinan kebersamaan yang terlanjur erat.


2 minggu pertama jujur saja masih terasa sangat aneh. Badan sering sakit-sakit, pegal,perut masih belum bisa cocok, muka mulai menjadi media subur tumbuh jerawat. Tapi semua kami hadapi dan laksanakan penuh semangat dan syukur. Walau sesekali tidak bisa dibohongi, aku menghitung tiap satu hari yang berlalu hihihi.

Setelah 2 minggu pertama, aku dan beberapa orang temanku izin untuk pulang ke bandar lampung sejenak.
Aku membawa sejumlah baju yang sepertinya sia-sia yang berlebihan saja kalau dibawa. Tak lupa mencatat hal-hal yang harus aku persiapkan selama mengumpulkan bekal di bandar lampung nanti. Setelah aku teliti, ternyata rasa belum sreg dalam 2 minggu pertama ini mungkin juga dikarenakan persiapan yang dibawa tidak sesuai dengan kebutuhan. Persenjataanku dirasa amat kurang. Jadilah aku pulang bersama beberapa orang teman. Selama izin dan kembali ke bandar lampung aku merasa sangat senang, tapi tetap saja ada beban dan tanggung jawab yang seolah membelenggu aku. Membuat rasanya tidak nyaman terlalu lama libur. Apa yang sudah aku berikan untuk desa Margajaya Indah?

Pikiran itu terus berkecamuk dalam hati dan fikiran. Setelah semua kebutuhan yang sesuai telah dipersiapkan aku bersiap kembali ke medan juang dan melanjutkan kembali rangkaian kisah indah yang siap ku tuai.
Namun rintangan tidak secepat kilat yang berlalu itu mereda. Kami harus menjalani bulan Ramadhan di tanah orang. Menyisihkan jauh-jauh sifat manja dan cengeng yang selalu mencoba melanda. Menegarkan hati dikala ia mulai lemah. Ramadhan, keberkahannya merambat jauh hingga ke nadi persaudaraan kami. Kami menjalani hari bersama, melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat kami merasa dipertemukan oleh takdir dengan keluarga tercinta ini.

Masih tercetak jelas di fikiranku. Wajah ibu-ibu yang begitu bersemangat ketika kami memulai senam pagi. Lengkap dengan teriakan-teriakan penyemangat disela-sela lagu senam yang dibuat seaktraktif mungkin. Wajah-wajah ceria mereka yang tak tergantikan. Belum lagi kegiatan buka bersama di rumah pak lurah. Bersama-sama berpesta jengkol,dan memaksa teman yang bahkan belum pernah memakan jengkol dan mengatasnamakan persahabatan. Geli rasanya jika ingat hari-hari itu.

Aku pun masih begitu ingat, malam dimana kami menghabiskan roti yang nyaris expired. Roti yang dibeli jauh di pasar dengan harga yang cukup mahal, tapi karena lupa nyaris saja besok expired. Walau pun expired date nya masih sehari kemudian, namun pucuk-pucuk jamur tampak mulai menjamur dan terlihat menyembul ingin menjajah rotiku yang lemah. Namun, apalah arti pertahanan tubuh yang kuat ini? ujar kami sembari menghibur diri hahahaha :D
Pernah juga, kami memperjuangkan untuk pengadaan pengobatan gratis di desa kami. Kami harus melewati puluhan kilometer jalan berliku lagi berdebu dan beresiko tinggi karena cukup rawan kriminalitas. Aku masih ingat sekali rasanya naik motor yang tidak ada 'sok depan dan sok belakang' alhasil hari itu, seumur hidup baru kali itu aku merasakan nyaris lompat dari motor. Belum lagi perasaan khawatir takut-takut ada perompak *haduh berasa di laut*.Deg-degan dan sensasi perjuangannya sungguh tak tergantikan.

Setiap hari ketika ingin tarawih, hp ini ramai oleh sms dari anak-anak "kak, tarawih nggak kak?"
Betapa semangat mereka berdesak-desakan agar bisa tarawih berdekatan dengan anak-anak KKN. Belum lagi, tiap selesai sahur ya benar selesai sahur mereka berdatangan beramai-ramai mengajak kami untuk lari pagi. Ya Tuhan, lari pagi selesai sahur T__T
Untuk menghindarinya, kami pernah berlari-lari dirumah sembunyi dibawah kain,ngumpet dibelekang kursi dan berlarian seolah-olah tidur hahahaha..
Tiap sore, anak ibu bidan sebelah rumah selalu mengajak kami untuk bermain, si ocha yang gendut dan menggemaskan. Belum lagi debi, anak pak lurah yang tulus,jujur dan apa adanya.

Begitu banyak pengalaman yang rasanya sulit diceritakan.
Jemari ini tak seliar kata dan tak sememburu semangat yang menggebu dan menceritakan detail tentang mereka yang tidak bisa diuraikan. Perpisahan malam harinya terasa begitu nyata. Pipi ini rasanya masih basah. Begitu syahdunya malam perpisahan waktu itu.
Malam ketika film dokumenter diputar, ketika tangis sahut menyahut menggema dalam ruang yang serasa beku. Rasanya begitu berat meninggalkan keluarga baru ini.
Ah, rasanya ingin menetes lagi air mata ini..

Begitu banyak hutang kami untuk desa ini.
Desa yang begitu banyak memberikan pelajaran, mendatangkan sekian banyak saudara dan persaudaraan, yang begitu indah ketika harus mengenang. Tapi belum, belum ada apa-apanya bakti yang berarti untuk desa ini. Awalnya ku kira KKN ini begitu berat tapi harus dijalankan, seolah meminum pil pahit yang harus diitelan. Tapi itu salah, sungguh salah. Universitas kehidupan tergambar begitu jelas. 39 hari tak akan cukup sebenarnya untuk renggut gelar sarjana kehidupan. Justru pengabdian ini menggores rasa haus yang kian menjadi dalam upaya mencari esensi seorang abdi negri.

Karena di bumi ini, ada hal-hal yang tidak terbeli..salah satunya, yakni pengabdian yang larut hingga ke hati :')

Terima kasih saudaraku, terima kasih keluargaku..
Terima kasih Margajaya Indah..
Terima kasih untuk 39 hari yang hebat ini...


(Bengkulu, 17 Agustus 2012)

0 Response to "dan ternyata,KKN itu... :) "

Posting Komentar

gapapa komen yang pedas..asal dengan kata-kata CERDAS !